Senin, 26 November 2007

The Rich Get Richer, the Poor Get Prison

Judul artikel ini adalah judul sebuah buku yang dikarang oleh Jeffry Reiman (1996). Terdengar lucu bukan ? Saya bahkan berfikir kalimat ini bisa kita letakkan pada sebuah baju kaos (T-Shirt) dan kalau dijual bisa laku juga. Apa sebenarnya maksud penulis buku ini ? Dalam buku yang terbit pada tahun , diuraikan berbagai ragam fakta dalam masyarakat Amerika Serikat yang intinya menunjukkan bahwa sistem kapitalisme selalu membawa korban yang tidak sedikit. Korban yang dimaksud adalah residu dari proses pasar yang efisien dan rasional. Korban adalah unsur eksternalitas pasar. Tidak semua akan berhasil, percuma bermimpi karena pada intinya, pasar dibangun oleh suatu kepentingan modal yang akan menindas para pekerja. Demikian kira-kira pandangan Marx. Kita, para pengamat atau ilmuwan sosial, pasti kenal kritik kaum kiri terhadap paham kapitalisme ini. Korban masyarakat ini muncul dari kegagalan pasar, yakni pasar yang bertumpu pada prinsip darwinisme sosial. Artinya siapa yang lemah maka dia akan tersingkir dan yang kuat akan semaikn kuat dan berjaya ! Menurut teori Adam Smith, kesejahteraan tetap akan dihasilkan dengan bimbingan (dan direstui) ’tangan tak tampak (invisible hands)’. Ketimpangan, kemiskinan, keterlantaran yang terjadi dalam masyarakat akan segera dikoreksi atau tepatnya terkoreksi dengan sendirinya oleh tangan-tangan yang akan menyelamatkan kaum papa di negeri ini.

Invisible hands dalam bentuk nyata adalah sistem kesejahteraan sosial. Sistem ini menangani eksternalitas, para korban ekonomi dengan cara memberikan pelayanan sosial, konseling dan tempat perlindungan. Ya intinya untuk melindungi kapitalisme juga. Karena bila si miskin dapat ditangani makamesin ekonomi kapital akan tenang melaju. Idenya simpel sebenarnya. Persoalanya, jaring pengaman sosial ini terkadang bermasalah. Ia terbelit masalah dana yang makin berkurang, birokrasi yang kaku dan cenderung menyalahkan orang miskin dengan stigma pemalas, penipu dan tidak layak diberi bantuan. Orang miskin adalah tukang mabok dan penjudi. Terkadang memang ada benarnya sih. Masalahnya juga kompleks. Ada pengedar narkoba, anak terlantar, kekerasan dalam rumah tangga dan pembunuhan. Semua terjadi akibat akumulasi tekanan yang mengakibatkan orang melanggar hukum. Akhirnya ? Akhirnya masuk penjara alias bui alias prison. Entah berapa lama, sesuai dengan tingkat kejahatannya tentunya.Banyak yang jadi langganan penjara, sebagai rumah kedua dan rumah masa depan sekaligus !

Sampai alinea ini saya kira pembaca sudah dapat membaca inti pemikiran penulis di atas. The Rich get Rich and the Poor get Prison. Maksudnya jelas, ketimpangan akan semakin terjadi di negeri Paman Sam ini. Donald Trump akan semakin kaya tanpa batas dan Jeff yang fotonya saya ambil di pusat perbelanjaan jalan di Chicago akan terus jobless dan homeless. Kontras si miskin Donald Trump dan Jeff saya sajikan dalam dua buat foto, yang satu mendeskripsikan Jeff sedang minta-minta dan gedung baru Trump Tower di Chicago (masih dibangun dan terus mencakar langit). Gedung milik Trump yang sangat megah juga kita jumpai di New York. Kita tidak akan membahas permasalahan ini secara mendalam, apalagi mengupas teori ketimpangan sosial. Kita hanya membahas pengamatan sepintas. Menarik untuk sekedar melihat dikedua belah sisi, satu yang sanagat kaya dan yang satu sangat miskin.

Trump Tower dengan fasade kaca yang cemerlang di down town Chicago, sedang dalam proses pembangunan.









Wajah Jeff si pengemis yang “meragukan “!










Saya tidak mau tenggelam lebih jauh dalam bahasan si kaya dan si miskin. Kesimpulanya, di Indonesia banyak orang miskin dan di Amrik ternyata juga banyak. Kita stress , orang amrik juga stress. Dunia memang tidak sempurna. Tetapi mungkin ada renungan sedikit dalam sisa waktu dan tempat dalam artikel ini. Ini soal kejujuran. Saya tidak tahu bagaimana Donald Trump memperoleh kekayaannya. Apakah dia memperoleh kekayaannya dengan cara yang legal ? Pertanyaan ini agak bodoh ya.
Ya jelas legal dan jujur dalam ukuran sistem hukum ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat. Bisnis judi yang dimiliki Trump legal dan jujur. Saya hanya teringat bahwa yang berjudi di amerika ini bukan hanya orang kaya. Orang miskin justru banyak yang berjudi. Saya dapat cerita menarik, bahwa banyak pekerja imigran illegal Cina di amerika senang pergi ke casino.Mereka datang dari pelosok kota-kota kecil dan pergi ke Chicago di hari libur. Para pekerja ilegal Cina ini kerja 10 jam sehari tujuh hari semiggu dan makan supermi telor setiap hari dan hanya belanja baju bekas di toko-toko sumbangan. Hemat dan gemar menabung. Cuma, anehnya mereka gemar berjudi. Tabungan mereka ternyata dihabiskan di meja judi. Menang judi tidak seberapa tapi kalah pasti. ”The only one who gets rich from gambling is the owner”, kata kenalanku ini. Tapi banyak orang Cina ini tidak kapok, kehilangan 500 dollar setiap kali mengunjungi kasino. Puaaaassss , demikian mungkin pikirnya. Atau penasaran , saya tidak tahu. Kesimpulannya, yang kaya adalah Donald Trump. Sedangkan para pekerja imigran ilegal yang bertaruh nyawa dan meninggalkan anak, istri, suami dan orang tua di Cina itu semakin miskin.

Renungan kedua adalah teman kita si Jeff, pengemis jalanan yang ada di foto di atas. Apakah dia juga jujur ? Apakah dia mengemis sebagai sandiwara ? Apakah dia bukan penjudi dan pemabuk ? Siapa yang tahu. Apakah dia pantas dikasihani ? Jangan-jangan dia adalah seorang mahasiswa psikologi yang sedang membuat penelitian tentang perilaku derma. Coba pembaca fotonya sekali lagi. Lihat benar-benar, lihat wajahnya. Ganteng bukan ? Maksudnya, tidak kelihatan kumel dan lusuh kan ? Dalam karton yang dipegangnya, di tulis ”Lost home, lost hope dst....” Tapi apakah di jujur ? Apakah dia sekedar malas dan bertaruh pada belas kasihan orang-orang bodoh yang iba padanya. Saya agak bodoh juga, memberinya $ 1 padanya (tapi minta diperbolehkan memfoto dan wawancara kecil). Apakah dia kehilangan rumah dan kerja karena kerap mabuk dan sering berjudi? Pantaaas kalau dia kehilangan harapan (lost hope) kalau memang itu kesalahan dia sendiri. Jadi peminta memang enak, dikasih duit tanpa kerja dan dibuat profil artikel lagi.

Banyak hal yang bisa direnungkan lagi. Masalah ketimpangan sosial, kemiskinan dan masuk penjara. Namun, rasa dan rasionalitas kemanusiaan kita senantiasa di cabar, ditantang. Namun perlu selalu diingat. Kejujuran dan manfaat sesama menjadi penting untuk selalu diperjuangkan. Ekonomi harus beretika, termasuk untuk mengemis !




Tidak ada komentar: