Senin, 26 November 2007

Catatan Menjadi Ketua RT

“Lagian siapa yang mau jadi Ketua RT?”, begitulah kira-kira pikiran dan respon kalau seorang dicalonkan menduduki jabatan yang paling ditakuti di dunia ini. Pernyataan ini bukan dibesar-besarkan, tapi kenyataan. Di jaman begini sibuk dan banyak persoalan, menjadi ketua rukun tetangga jelas adalah beban tambahan yang dapat membuat dunia ini runtuh di atas pundak kita. Ada orang yang menghindar dari rapat, menghindar dari aktifitas lingkungan dan banyak alasan super sibuk yang intinya bertujuan agar kita tidak terlihat agak menonjol (sedikit saja) yang akan membuat orang melirik dan mencalonkan diri kita dalam pemilihan RT putaran kelak. Perasaan was was pasti ada, jangan-jangan dicalonkan nih, gumam dalam hati. Tapi bukankah ini suatu kepercayaan dan cukup bergengsi lho? Iya, bergengsi, tapi kan tingkatan lokal, RT gitu loh. Paling bangga juga waktu memberi sambutan dan memberi hadiah ( buku dan kotak pensil atau handuk kecil) bagi pemenang lomba pada perayaan 17’an ( HUT Kemerdekaan RI). Berbatik dan berdandan klimis, agak terbungkuk-bungkuk maju ke depan panggung yang dihias renda demikian semarak, dimulai dengan mengetes maik (mike atau apa namannya dalam bahasa Indonesia ya), “e ehm, tes tes…selamat malam saudara sebangsa dan setanah air (dan senasib !). Adapun acara malam ini, meskipun tetapi merupakan demikian, walaupun pula adalah tetapi , untuk itu marilah ….dst”. Pokoknya pidatonya belepotan tidak ketulungan. Yang penting diujung kita dapat tepukan dari hadirin, para ibu-ibu, dari para remaja dan bapak-bapak, yang mana semuanya tidak paham dan juga tidak peduli apa isi pidato tersebut. Malam intu kita puas, karena anak-anak kecil, remaja dan semua warga hadir dan rebutan tumpeng tujuh belasan. Cukup untuk melupakan peluh dan repotnya membangun acara dan menghias panggung dari kemarinnya.

Kalau sudah terpilih RT mau apa lagi.Terima dan berkeja semampu mungkin. Ibadah sosial pasti, mudaha-mudahan jadi amal ahirah juga.. Amin. Sebnarnya, apa sih kegiatan (dan pentingnya) ketua RT ? Aah masak ga tau sih? Ya itu, mimpin kerja bakti, memberi contoh bagaimana memungut sampah dan memotong belukar disisi got yang mampat dengan lumpur dan sampah itu. Walaupun sebentar tapi yang penting bisa sedikit memberi teladan dan kesan bahwa kita cukup bertanggung jawab. Tidak lama kok, ya mulainya jam 07.30 mulai halo-halonya lalu mulai jam 08.15 hari minggu dan selesainya menjelang jam 10.45. Sekitar jam kan sudah mulai panas dan biasanya orang sudah pada cape dan tangan melepuh karena tidak biasa pegang arit untuk motong rumput. Kok lama ya, katanya cuma kasih contoh bawa pacul ? Lha iya lah, namanya ketua rt , harus basa basi dan bubarnya harus paling akhir. Dia yang memulai dan dia yang mengakiri, begitu kira kira kiasannya.

Yang paling sedih sebetulnya kalau ada warga yang meninggal dunia. Biasanya tidak mendadak kejadiannya. Karena umumnya melalui perjalanan sakit dan biasanya kita sempat jenguk pada saat kritisnya. Ada yang sakit dan ada karena alasan yang tidak perlu saya sebutkan di cerita ini. Namun, terkadang dalam hati kita berfikir, kenapa banyak yang meninggal pada saat masa kepenurusannya ini ya? Apakah ini sebuah prestasi seorang RT ? Saya ingat juga waktu jadi RT di kampung sebelumya. Jaman saya jadi RT di kampung itu, terdapat rekor pencurian mobil yang tertinggi selama berdirinya pemukiman tersebut. Selain rekor banjir, saat itu jadi pemenang rekor warga kecurian mobil. Ada dua buah mobil. Kebayang tidak, dua mobil ? Ya sudah, tugas RT adalah menenangkan korban. Pernah suatu kejadian, ada perkelahian dalam keluarga. Korban luka sudah dibawa kerumah sakit dan saya datang rumah sudah kosong. Cepat cepat kita datang segera. Bergegas, layaknnya pasukan penyelamat yang siap mendamaikan konflik di Bosnia. Begitu masuk ke rumah, bukan kepalang kagetnya kita. Di ruang makan bercecer cairan coklat kemerahan membasahi lantai disamping meja makan. Ini seperti darah, darah segar yang nampak sudah mengental, warnannya merah kental kecoklatan. Pasti ibu nya luka parah dan digotong tidak sadarkan diri karena lukanya yang menganga itu, pikir saya. Mungkin ada cairan tubuh lain sehingga warna gelap. Namun, tidak lama kemudian semua terungkap.Setelah diselidiki cairan di lantai itu ternyata bukan darah. Ciaran yang di lanntai itu adalah kecap yang tumpah dari pecahan botol kecap bangau yang ada disebelahnya. Botolnya memang pecah, tetapi cairan itu adalah kecap yang sedikit terkena air hingga berceceran di lantai. Sorenya si Ibu sudah kembali,Cuma luka di tangan akrena melempar botol kecap. Lega juga, takutnya kalau sampai ada korban bisa-bisa rumah itu nantinya jadi rumah ……hhii hii hi ……! Rumah itu lama kosong karena konlfik keluarga berlanjut. Saya tidak tanya sana sini, tapi sekarang rumah itu sudah beralih menjadi tempas les bahasa Inggris, yang lumayan juga lakunya. Pasti muridnya tidak tahu kejadian 10 tahun yang lalu ini…. Hhhhiii hhii hhiiii …..!

Tidak ada komentar: