Minggu, 02 Desember 2007

Bambang Shergi Laksmono: tak sekedar mengabdi di dunia akademik


Ia telah mengabdi lebih dari 15 tahun di dunia akademis. Ia juga telah mengabdi lebih dari 12 tahun di dunia kemanusiaan. Dan ia tidak ingin berhenti mengabdi bagi keduanya.


Kerusuhan Ambon tahun 1999-2002 membawa masalah kemanusiaan bagi sebagian bangsa Indonesia. Disaat banyak orang mengandalkan pemerintah, Bambang Shergi Laksmono berinisiatif untuk berperan dalam membantu mengatasi dampak konflik tersebut. Memanfaatkan ranah pendidikan yang netral, ia undang teman akademisi lain untuk meredakan konflik dan mengupayakan perbaikan atas dampak konflik tersebut.

Bambang dan kawan-kawan membangun program Academic Restorative Initiatives (ARI). Program ini menyumbang perbaikan kapasitas belajar-mengajar universitas daerah asal pahlawan Kapitan Pattimura tersebut. Upaya tersebut adalah satu diantara sejuta refleksi pengabdian Bambang di dunia akademik serta kemanusiaan.

Lahir di Rabat (Maroko), pada 29 Agustus 1961, Bambang Shergi Laksmono merupakan seorang akademisi senior di Universitas Indonesia. Selepas sekolah, Bambang masuk Fakultas Ilmu Sosial (sebelum berubah menjadi FISIP) tahun 1979. Pada tahun kedua, Bambang memilih jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Kessos). ” Saya pilih (Kessos) karena saya berminat pada isu masalah sosial dan ingin berkerja langsung dengan masyarakat.” tuturnya.

Mas Bambang, panggilan akrab Bambang Shergi Laksmono, memulai karir akademis sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) UI selepas ia memperoleh gelar sarjananya. Profesi tersebut dirintis sejak tahun 1987 sampai sekarang. Pengalaman mengajar menjadikan dia cukup dikenal oleh mahasiswa-mahasiswinya. Di mata anak didiknya sosok dosen ini di kenal rendah hati, berempati dan sangat bersahabat.

Tidak hanya kepada mahasiswa, Mas Bambang adalah sosok yang juga bersahabat kepada semua orang. Di mata rekan-rekan pengajar dan juga karyawan fakultas, Mas Bambang adalah individu yang sangat memperhatikan dan memperlakukan setiap orang secara berbeda.

Ia meyakini bahwa setiap orang mempunyai keunikan masing-masing yang harus dipahami dengan empati yang baik. Dengan demikian, tambahnya, kita akan dapat memahami semua orang di lingkungan terdekat kita agar dapat bekerja dengan baik.

Pria yang lulus dari London School of Economics, University of London ini juga dikenal mempunyai integritas dalam bekerja. Tidak heran jika pada tahun 1992-1995 Bambang dipercaya menjadi ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Buah manis integritas pekerjaannya juga didapat dengan menjadi wakil dekan bidang akademik FISIP UI 2003-2007. ”Tugas ini mencakup tanggung jawab pengelolaan manajemen pendidikan lintas program dan lintas jenjang”, jelas Bambang. Ia mengelola bidang akademik fakultas bagi kurang lebih 8000 mahasiswa dari 23 jenis program studi.

Pengalamannya semakin banyak saat Mas Bambang menjadi Pejabat Dekan FISIP UI sejak Agustus 2007. Ia bertanggung jawab menggantikan Gumilar yang maju menjadi rektor UI 2007.

Sebelum menjadi Wakil Dekan FISIP UI, Mas Bambang mengasah pengalaman diberbagai kesempatan. Bersama Departemen Sosial dan UNDP pada tahun 1995, ia fokus pada masalah anak jalanan. Pada tahun 1999 ia menjadi konsultan di Management Systems International-Washington DC-USAID Jakarta. Masalah kesetaraan gender juga menjadi minatnya dalam proyek kerja sama UNDP dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Ia pun pernah bekerjasama dengan USAID perihal pengembangan kapasitas masyarakat dan Pemilihan Umum 2003.

Di sela kesibukan, bapak tiga anak ini aktif meneliti dan menulis. Banyak karya ilmiah telah ia sumbangkan untuk melengkapi pengabdiannya di dunia akademis. Atas karyanya ia pernah dipercaya menjadi wakil berbagai organisasi intra dan ekstra universitas. Mulai dari mewakili FISIP UI menjadi anggota senat akademik universitas, hingga mewakili Indonesia dalam International Council for Social Development (ICSD) cabang Asia-Pasifik.

Mas Bambang juga dalam organisasi profesi pekerjaan sosial, Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI). Ia ikut serta membidani lahirnya organisasi ini pada tahun 1998, karena ia meyakini bahwa kebanggaan menjadi alumni kesejahteraan sosial yang terjun di bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial perlu diwadahi dengan baik. Hal ini menjadi penting agar kiprah pekerja sosial dalam membantu mengatasi berbagai permasalahan bangsa dapat berjalan lebih optimal.

Perjalanan Mas Bambang di dunia akademik digulirkan dengan berbagai inisiatif kegiatan kemanusiaan, khususnya memberikan kontribusi pada masyarakat. Ia ikut membangun Kelompok Kerja Humaira (1998), Yayasan Peduli Pendidikan Anak Aceh, program Academic Recovery Intiative (2004), Pusat Kajian Disabilitas FISIP UI (2006), dan revitaliasi Komunitas Forensik Indonesia (2007). Bambang merupakan wujud seorang dengan sinergi pengabdian dunia akademik dan kemanusiaan sekaligus.


Arti Tanggung Jawab Akademisi

Sebagai seorang akademisi, hampir 20 tahun Bambang mengabdi menjadi dosen di FISIP Universitas Indonesia. Ia telah banyak melakukan penelitian dan penulisan bidang sosial. Sudah empat tahun Bambang menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik. Lebih dari 10 organisasi sosial dalam dan luar negeri ia kelola. Tetapi bagi Bambang, semua hal tersebut belum cukup untuk tunaikan tanggung jawab sebagai akademisi FISIP UI.

Bambang ingin melakukan yang terbaik bagi FISIP UI. Untuk menunaikan tanggung jawab tersebut ia tengah bersiap mengikuti pemilihan dekan FISIP UI 2008-2012. Bagi Bambang dekan bertangggung jawab melakukan tugas konsolidasi organisasi secara internal. Konsolidasi kelembagaan dalam kerangka BHMN dan terus mendorong ke arah pengembangan kemampuan berkarya akademik.

Bambang juga menekankan tanggung jawab untuk berkontribusi pada lingkungan eksternal. Dengan kata lain, fakultas mampu memberikan kontribusi yang luas bagi pemecahan masalah bangsa. Menurut anak seorang Pejuang ’45 ini, ”Tanggung jawab seorang akademisi, yang berada dalam bagian dari sebuah universitas terkemuka di negara ini adalah untuk menyelamatkan bangsa dari kehancuran, kemiskinan dan disintegrasi.” ”Universitas Indonesia harus pula memberikan kerangka berfikir ke Indonesian dan semangat integrasi bangsa ini”, Ujar Bambang.

Misi calon dekan ini adalah menggerakkan FISIP UI dalam koridor perbaikan sistem secara menyeluruh. Hal tersebut untuk mencapai peningkatan kualitas pengajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian. Sedangkan motto Bambang adalah ”Melakukan komunikasi intens dengan potensi sumber untuk membangun panggung yang luas untuk berkarya dibidang pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat”.

By: Iqbal & Abud

Senin, 26 November 2007

Presentation on Social Development and Social Welfare in Indonesia: Challenges and Directions



Presentation on Social Development
and Social Welfare in Indonesia:
Challenges and Directions

November 27, 2007

12:00 - 1:00 p.m.

Brown Lounge

Presenters:

~ Dr. Bambang Laskmono, Dean of the School of Social and
Political Sciences at University of Indonesia

~ Mr. Abbas Sirojudin, doctoral student at UC-Berkeley, former
lecturer at the National Islamic University in Indonesia

v

Organizers:

~ McDonnell International Scholars Academy

~ George Warren Brown School of Social Work

~ Center for Social Development

The Rich Get Richer, the Poor Get Prison

Judul artikel ini adalah judul sebuah buku yang dikarang oleh Jeffry Reiman (1996). Terdengar lucu bukan ? Saya bahkan berfikir kalimat ini bisa kita letakkan pada sebuah baju kaos (T-Shirt) dan kalau dijual bisa laku juga. Apa sebenarnya maksud penulis buku ini ? Dalam buku yang terbit pada tahun , diuraikan berbagai ragam fakta dalam masyarakat Amerika Serikat yang intinya menunjukkan bahwa sistem kapitalisme selalu membawa korban yang tidak sedikit. Korban yang dimaksud adalah residu dari proses pasar yang efisien dan rasional. Korban adalah unsur eksternalitas pasar. Tidak semua akan berhasil, percuma bermimpi karena pada intinya, pasar dibangun oleh suatu kepentingan modal yang akan menindas para pekerja. Demikian kira-kira pandangan Marx. Kita, para pengamat atau ilmuwan sosial, pasti kenal kritik kaum kiri terhadap paham kapitalisme ini. Korban masyarakat ini muncul dari kegagalan pasar, yakni pasar yang bertumpu pada prinsip darwinisme sosial. Artinya siapa yang lemah maka dia akan tersingkir dan yang kuat akan semaikn kuat dan berjaya ! Menurut teori Adam Smith, kesejahteraan tetap akan dihasilkan dengan bimbingan (dan direstui) ’tangan tak tampak (invisible hands)’. Ketimpangan, kemiskinan, keterlantaran yang terjadi dalam masyarakat akan segera dikoreksi atau tepatnya terkoreksi dengan sendirinya oleh tangan-tangan yang akan menyelamatkan kaum papa di negeri ini.

Invisible hands dalam bentuk nyata adalah sistem kesejahteraan sosial. Sistem ini menangani eksternalitas, para korban ekonomi dengan cara memberikan pelayanan sosial, konseling dan tempat perlindungan. Ya intinya untuk melindungi kapitalisme juga. Karena bila si miskin dapat ditangani makamesin ekonomi kapital akan tenang melaju. Idenya simpel sebenarnya. Persoalanya, jaring pengaman sosial ini terkadang bermasalah. Ia terbelit masalah dana yang makin berkurang, birokrasi yang kaku dan cenderung menyalahkan orang miskin dengan stigma pemalas, penipu dan tidak layak diberi bantuan. Orang miskin adalah tukang mabok dan penjudi. Terkadang memang ada benarnya sih. Masalahnya juga kompleks. Ada pengedar narkoba, anak terlantar, kekerasan dalam rumah tangga dan pembunuhan. Semua terjadi akibat akumulasi tekanan yang mengakibatkan orang melanggar hukum. Akhirnya ? Akhirnya masuk penjara alias bui alias prison. Entah berapa lama, sesuai dengan tingkat kejahatannya tentunya.Banyak yang jadi langganan penjara, sebagai rumah kedua dan rumah masa depan sekaligus !

Sampai alinea ini saya kira pembaca sudah dapat membaca inti pemikiran penulis di atas. The Rich get Rich and the Poor get Prison. Maksudnya jelas, ketimpangan akan semakin terjadi di negeri Paman Sam ini. Donald Trump akan semakin kaya tanpa batas dan Jeff yang fotonya saya ambil di pusat perbelanjaan jalan di Chicago akan terus jobless dan homeless. Kontras si miskin Donald Trump dan Jeff saya sajikan dalam dua buat foto, yang satu mendeskripsikan Jeff sedang minta-minta dan gedung baru Trump Tower di Chicago (masih dibangun dan terus mencakar langit). Gedung milik Trump yang sangat megah juga kita jumpai di New York. Kita tidak akan membahas permasalahan ini secara mendalam, apalagi mengupas teori ketimpangan sosial. Kita hanya membahas pengamatan sepintas. Menarik untuk sekedar melihat dikedua belah sisi, satu yang sanagat kaya dan yang satu sangat miskin.

Trump Tower dengan fasade kaca yang cemerlang di down town Chicago, sedang dalam proses pembangunan.









Wajah Jeff si pengemis yang “meragukan “!










Saya tidak mau tenggelam lebih jauh dalam bahasan si kaya dan si miskin. Kesimpulanya, di Indonesia banyak orang miskin dan di Amrik ternyata juga banyak. Kita stress , orang amrik juga stress. Dunia memang tidak sempurna. Tetapi mungkin ada renungan sedikit dalam sisa waktu dan tempat dalam artikel ini. Ini soal kejujuran. Saya tidak tahu bagaimana Donald Trump memperoleh kekayaannya. Apakah dia memperoleh kekayaannya dengan cara yang legal ? Pertanyaan ini agak bodoh ya.
Ya jelas legal dan jujur dalam ukuran sistem hukum ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat. Bisnis judi yang dimiliki Trump legal dan jujur. Saya hanya teringat bahwa yang berjudi di amerika ini bukan hanya orang kaya. Orang miskin justru banyak yang berjudi. Saya dapat cerita menarik, bahwa banyak pekerja imigran illegal Cina di amerika senang pergi ke casino.Mereka datang dari pelosok kota-kota kecil dan pergi ke Chicago di hari libur. Para pekerja ilegal Cina ini kerja 10 jam sehari tujuh hari semiggu dan makan supermi telor setiap hari dan hanya belanja baju bekas di toko-toko sumbangan. Hemat dan gemar menabung. Cuma, anehnya mereka gemar berjudi. Tabungan mereka ternyata dihabiskan di meja judi. Menang judi tidak seberapa tapi kalah pasti. ”The only one who gets rich from gambling is the owner”, kata kenalanku ini. Tapi banyak orang Cina ini tidak kapok, kehilangan 500 dollar setiap kali mengunjungi kasino. Puaaaassss , demikian mungkin pikirnya. Atau penasaran , saya tidak tahu. Kesimpulannya, yang kaya adalah Donald Trump. Sedangkan para pekerja imigran ilegal yang bertaruh nyawa dan meninggalkan anak, istri, suami dan orang tua di Cina itu semakin miskin.

Renungan kedua adalah teman kita si Jeff, pengemis jalanan yang ada di foto di atas. Apakah dia juga jujur ? Apakah dia mengemis sebagai sandiwara ? Apakah dia bukan penjudi dan pemabuk ? Siapa yang tahu. Apakah dia pantas dikasihani ? Jangan-jangan dia adalah seorang mahasiswa psikologi yang sedang membuat penelitian tentang perilaku derma. Coba pembaca fotonya sekali lagi. Lihat benar-benar, lihat wajahnya. Ganteng bukan ? Maksudnya, tidak kelihatan kumel dan lusuh kan ? Dalam karton yang dipegangnya, di tulis ”Lost home, lost hope dst....” Tapi apakah di jujur ? Apakah dia sekedar malas dan bertaruh pada belas kasihan orang-orang bodoh yang iba padanya. Saya agak bodoh juga, memberinya $ 1 padanya (tapi minta diperbolehkan memfoto dan wawancara kecil). Apakah dia kehilangan rumah dan kerja karena kerap mabuk dan sering berjudi? Pantaaas kalau dia kehilangan harapan (lost hope) kalau memang itu kesalahan dia sendiri. Jadi peminta memang enak, dikasih duit tanpa kerja dan dibuat profil artikel lagi.

Banyak hal yang bisa direnungkan lagi. Masalah ketimpangan sosial, kemiskinan dan masuk penjara. Namun, rasa dan rasionalitas kemanusiaan kita senantiasa di cabar, ditantang. Namun perlu selalu diingat. Kejujuran dan manfaat sesama menjadi penting untuk selalu diperjuangkan. Ekonomi harus beretika, termasuk untuk mengemis !




Bloody Mary Mix

Apakah anda pernah mendengar minuman Bloody Mary ?Saya baru mencobanya. Di atas angkasa dalam penerbangan antara Dallas menuju St Louis saya mengikuti sajian layanan minuman yang diantar pramugari maskapai American Airline. Jangan salah membayangkan, pramugari di perusahaan penerbangan negara-negara barat, yang saya tahu, umumnya berusia lanjut. Rata-rata diatas 50 tahun. Beda dengan para pramugari maskapai di Indonesia. Selang 30 menit penerbangan, minuman ringan mulai disajikan. Kereta dorong Penumpang dibaris depan saya mendapat giliran ditanya mau minum apa ? Kereta minuman sudah bertengger disamping dan pramugari menunduk sambil menanyakan pilihan minum si ibu tua. “Tomato juice please” katanya.. Pramugari balik bertanya “plain tomato juice or bloody mary ?” Si nenek memilih bloody mary. Diambil lah sebuah kaleng minum berwarna merah, sepintas ada gambar tomatnya.

Kini giliran saya ditanya mau minum apa. Saya sudah berfikir dari tadi, apakah memilih juice orange atau yang lain. Tapi saya memang suka juice tomat, biasanya dalam karton kalau dijual di supermarket di jakarta. Tapi setelah berfikir kenapa tidak coba bloody mary. Selain pernah dengar disebut sebut di televisi, saya yakin itu bukan minuman alkohol. Daripada jus tomat yang sudah sering kenapa tidak pilih bloody mary. Namanya seram dan menggugah rasa ingin tahu. Jadi saya sampaikan bahwa saya ingin minuman tersebut. One coming right up dan here you are, artinya baik sebentar dan silahkan diminum, kata pramugari. Tutupan kaleng saya buka dan saya sisip sedikit sedikit. Mmm, ehhh lho , ini lho yang namanya bloody mary itu.

Mau tau rasanya ? Seperti minum sup, sup tomat berslederi, dingin lagi !

Catatan Menjadi Ketua RT

“Lagian siapa yang mau jadi Ketua RT?”, begitulah kira-kira pikiran dan respon kalau seorang dicalonkan menduduki jabatan yang paling ditakuti di dunia ini. Pernyataan ini bukan dibesar-besarkan, tapi kenyataan. Di jaman begini sibuk dan banyak persoalan, menjadi ketua rukun tetangga jelas adalah beban tambahan yang dapat membuat dunia ini runtuh di atas pundak kita. Ada orang yang menghindar dari rapat, menghindar dari aktifitas lingkungan dan banyak alasan super sibuk yang intinya bertujuan agar kita tidak terlihat agak menonjol (sedikit saja) yang akan membuat orang melirik dan mencalonkan diri kita dalam pemilihan RT putaran kelak. Perasaan was was pasti ada, jangan-jangan dicalonkan nih, gumam dalam hati. Tapi bukankah ini suatu kepercayaan dan cukup bergengsi lho? Iya, bergengsi, tapi kan tingkatan lokal, RT gitu loh. Paling bangga juga waktu memberi sambutan dan memberi hadiah ( buku dan kotak pensil atau handuk kecil) bagi pemenang lomba pada perayaan 17’an ( HUT Kemerdekaan RI). Berbatik dan berdandan klimis, agak terbungkuk-bungkuk maju ke depan panggung yang dihias renda demikian semarak, dimulai dengan mengetes maik (mike atau apa namannya dalam bahasa Indonesia ya), “e ehm, tes tes…selamat malam saudara sebangsa dan setanah air (dan senasib !). Adapun acara malam ini, meskipun tetapi merupakan demikian, walaupun pula adalah tetapi , untuk itu marilah ….dst”. Pokoknya pidatonya belepotan tidak ketulungan. Yang penting diujung kita dapat tepukan dari hadirin, para ibu-ibu, dari para remaja dan bapak-bapak, yang mana semuanya tidak paham dan juga tidak peduli apa isi pidato tersebut. Malam intu kita puas, karena anak-anak kecil, remaja dan semua warga hadir dan rebutan tumpeng tujuh belasan. Cukup untuk melupakan peluh dan repotnya membangun acara dan menghias panggung dari kemarinnya.

Kalau sudah terpilih RT mau apa lagi.Terima dan berkeja semampu mungkin. Ibadah sosial pasti, mudaha-mudahan jadi amal ahirah juga.. Amin. Sebnarnya, apa sih kegiatan (dan pentingnya) ketua RT ? Aah masak ga tau sih? Ya itu, mimpin kerja bakti, memberi contoh bagaimana memungut sampah dan memotong belukar disisi got yang mampat dengan lumpur dan sampah itu. Walaupun sebentar tapi yang penting bisa sedikit memberi teladan dan kesan bahwa kita cukup bertanggung jawab. Tidak lama kok, ya mulainya jam 07.30 mulai halo-halonya lalu mulai jam 08.15 hari minggu dan selesainya menjelang jam 10.45. Sekitar jam kan sudah mulai panas dan biasanya orang sudah pada cape dan tangan melepuh karena tidak biasa pegang arit untuk motong rumput. Kok lama ya, katanya cuma kasih contoh bawa pacul ? Lha iya lah, namanya ketua rt , harus basa basi dan bubarnya harus paling akhir. Dia yang memulai dan dia yang mengakiri, begitu kira kira kiasannya.

Yang paling sedih sebetulnya kalau ada warga yang meninggal dunia. Biasanya tidak mendadak kejadiannya. Karena umumnya melalui perjalanan sakit dan biasanya kita sempat jenguk pada saat kritisnya. Ada yang sakit dan ada karena alasan yang tidak perlu saya sebutkan di cerita ini. Namun, terkadang dalam hati kita berfikir, kenapa banyak yang meninggal pada saat masa kepenurusannya ini ya? Apakah ini sebuah prestasi seorang RT ? Saya ingat juga waktu jadi RT di kampung sebelumya. Jaman saya jadi RT di kampung itu, terdapat rekor pencurian mobil yang tertinggi selama berdirinya pemukiman tersebut. Selain rekor banjir, saat itu jadi pemenang rekor warga kecurian mobil. Ada dua buah mobil. Kebayang tidak, dua mobil ? Ya sudah, tugas RT adalah menenangkan korban. Pernah suatu kejadian, ada perkelahian dalam keluarga. Korban luka sudah dibawa kerumah sakit dan saya datang rumah sudah kosong. Cepat cepat kita datang segera. Bergegas, layaknnya pasukan penyelamat yang siap mendamaikan konflik di Bosnia. Begitu masuk ke rumah, bukan kepalang kagetnya kita. Di ruang makan bercecer cairan coklat kemerahan membasahi lantai disamping meja makan. Ini seperti darah, darah segar yang nampak sudah mengental, warnannya merah kental kecoklatan. Pasti ibu nya luka parah dan digotong tidak sadarkan diri karena lukanya yang menganga itu, pikir saya. Mungkin ada cairan tubuh lain sehingga warna gelap. Namun, tidak lama kemudian semua terungkap.Setelah diselidiki cairan di lantai itu ternyata bukan darah. Ciaran yang di lanntai itu adalah kecap yang tumpah dari pecahan botol kecap bangau yang ada disebelahnya. Botolnya memang pecah, tetapi cairan itu adalah kecap yang sedikit terkena air hingga berceceran di lantai. Sorenya si Ibu sudah kembali,Cuma luka di tangan akrena melempar botol kecap. Lega juga, takutnya kalau sampai ada korban bisa-bisa rumah itu nantinya jadi rumah ……hhii hii hi ……! Rumah itu lama kosong karena konlfik keluarga berlanjut. Saya tidak tanya sana sini, tapi sekarang rumah itu sudah beralih menjadi tempas les bahasa Inggris, yang lumayan juga lakunya. Pasti muridnya tidak tahu kejadian 10 tahun yang lalu ini…. Hhhhiii hhii hhiiii …..!